Memulai Menggores

 

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis ia akan hilang dalam manyarakan dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” pram.

Kutipan di atas yang disampaikan oleh seorang seniman sekaligus sastrawan yang produktif  indonesia. Yang mencoba saya yakini dalam memulai menulis. Dulu saya berfikir bahwa belajar adalah cara untuk memperkaya diri sendiri. Sebanyak – banyaknya meng-input data ke memori yang akhirnya ternyata tertimbut banyak oleh data lain. Dan akhirnya itu tak berguna untuk meyakinkan orang lain tentang apa yang sudah saya ketahui.

Sebelumnya saya secara tidak sadar mengamati cara berkomunikasi orang dari saat sata kecil, beranjak remaja dan sampai saya duduk di bangku kuliah. Unik dan sedikit merasa jengkel tentang kehidupan bersosial. Munkin kalian juga sadar saat kita kecil, kita banyak bicara tapi yang bersifat ringan dengan bumbu-bumbu candaan yang terus dilanjutkan dengan kegiatan nyata walaupun sangat imajinatif seperti saat saya bermain perang-perangan dengan senapan pelepah pisang dengan obrolan strategi perang dengan teman-teman yang jelas itu tidak serius dan menyenangkan. Namun semakin dewasa orang-orang semakin banyak berbicara. Ya hanya berbicara dengan strategi mimik muka dan intonasi yang meyakinkan dan orang itu terlihat pintar. Walau munkin saya tahu itu pembicaraan yang tak bermutu. Orang semakin banyak bicara, semakin lihai meyakinkan orang maka semakin piintar pula orang itu. Kata orang-orang. Padahal tidak tahu apa yang dia bicarakan. Sedangkan orang cerdas yang memilih diam akan dipandang bodoh dan tak berguna. Dan di situ saya menyimpulkan bahwa kepintaran orang dinilai dari pengakuan orang. Bukan kualitas otak dan pola pikir. Hal itu yang membuat orang dewasa akan banyak berbicara dalam kerjanya. Politikus yang mengurus negeri yang pastinya lebih banyak berbicara akan lebih dihormati daripada seorang pemulung yang jarang berbicara walaupun si pemulung adalah seorang doctor.

Di situ titik pentingnya menulis. Sama seperti berbicara, dengan menulis kita dapat menyampaikan pemikiran dengan retorika yang menawan hingga penulis terlihat pintar. Terlihat pintar? Bukan disitu implikasi nya. Tapi agar penulis yang berilmu dapat dipandang pintar dan diterima opininya dan pengetahuan yang disampaikan yang semoga dapat mencerdaskan bangsa dan dunia. Bahkan mencerdaskan dirinya sendiri dengan berlatih beretorika, memilih kata dengan memoles mimiknya dalam menyampaikan ilmu. Dan dengan menulis, ilmu akan mengendap dalam kertas yang tak akan menguap dalam bungkam.

Ruang Kosong yang terdiri daru dua kata, yaitu, Ruang yang berarti rongga yang pastinya kosong, dan kata Kosong yang munkin harusnya tak usah menggunakan kata ini. namun kekosongan dalam ruang berarti juga isi itu sendiri. kosong ataupuun tidak itu hanya perspektif masing-masing orang tergantung mana yang kalian senangi. Kosong adalah Isi.

Leave a comment

Website Powered by WordPress.com.

Up ↑

Design a site like this with WordPress.com
Get started